REFLEKS!



What a year! This year has been so much colorful yeah actually almost each year went the same. But high school totaly LIFE.

I mean aku jadi sering merasa memikirkan masa depan ya.. kehidupan lebih tepatnya, bagaimana tidak? Ketika ini sudah selesai, aku akan menjadi mahasiswa bukan lagi pelajar. Kehidupan mahasiswa yang selalu aku nantikan. Penat sekali menjadi pelajar, terlebih ada pengendali pendidikan pemerintah yang memuakkan bagiku. Dan aku tak pernah menyadari bahwa waktu terus bergulir. Banyak potongan kenangan yang aku alami bersama mereka yang hingga kini masih rapat menjadi jiwaku, satu-satunya alasan mengapa aku bertahan sejauh ini. Ini cukup melankolis tapi benar-benar dari hati yang paling dalam.
Apa sebenarnya poin yang aku utarakan sedari tadi? Poin yang ingin aku sampaikan adalah memaknai kehidupan. Terbesit secercah pikiran menggelitik ketika aku belajar struktur sebuah cerpen dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Aku sedang enggan untuk belajar, semudah itu jadilah sesusah menghafal aneka zat kimia. Sederhana, awalnya sebuah cerpen dibangun atas struktur yang pertama abstraksi atau gambaran umum lalu orientasi yang mulai menunjukkan perwatakan tokoh berlanjut komplikasi yang menyediakan berbagai macam perseolan yang mungkin tak akan pernah ada akhirnya tetapi ada selalu evaluasi yang membuat masalah sedikit menemukan celah untuk pergi,dan di resolusi benar-benar sang tokoh mengalami perubahan nasib, dan koda sebagai nilai tambah atau kesimpulan singkat, ya terkadang kita perlu memaknai sebuah jawaban atas masalah kita sendiri bukan? Tak usah diutarakan teorinya pun sebenarnya kita bisa memetakan sendiri mana yang awalan lalu masalah dan akhir sebuah cerita. Tapi begitulah kehidupan berjalan, bukan?  Aku tersentak ketika pertanyaan ini datang. Langsung aku ingin menumpahkannya di sini untuk dihadirkan di blog yang layaknya menjadi diary harianku saja, tiada pembaca-_-
Aku menyadari bahwa sebelum Tuhan melahirkan kita, Dia sudah mempunyai kumpulan suratan takdir kita, detail sekali, tanpa pernah ada yang terlewat. Tapi di dunia ini, kita yang menjalani tak pernah sepenuhnya mengetahui. Tak mengetahui dan juga tak pernah menyadari. Tak pernah menyadari bahwa rasa sakit itu akan indah pada akhirnya atau rasa senang yang semua malah akan membawanya ke dalam lautan tangis. Ya, sungguh gelap untuk diraba-raba.
Jelas-jelas jika kita punya waktu lebih mungkin butuh satu minggu penuh atau bahkan sebulan untuk merenungkan apa yang telah kita lakukan sebesar umur yang telah kita lalui. Mungkin kebahagiaan? Kedamaian? Atau hanya kepidihan yang mungkin tak layak lagi dikenang tetapi dijadikan pelajaran?
 Jadi aku menyimpulkan, yang ini bagian koda hehe. Kalau cerpen sudah diatur sedemikian indah untuk menemukan jawaban atas apa yang dialami tokoh, maka aku pun tak kalah percaya bahwa ini semua ada karena pada akhirnya akan berakhir indah, tak kentara....untuk sekarang mungkin. Tapi aku tahu bahwa Tuhanku, Allah SWT selalu mendengar setiap bait yang hanya sekedar dibatin oleh hamba-Nya. Gimana? Masih berniat menyia-nyiakan hidup? Rugi binggow sih. (yang ini karena lagi ngikutin trend, yang artinya aku sungguhan. Ga nyambung ya? Bodo.)

Comments