Peran Pemuda Sebagai Solusi Problematika Masyarakat

"Yang muda justru yang berkarya, mencipta, dan aktif dalam gerak karenanya mereka masih mampu dan mau." -NN

Dengan bahasa Indonesia, Fatiha ingin menyuarakan pendapat di postingan kali ini. Walau sekedar menjalankan kewajiban tugas kampus yaitu Achievement Motivation Training FKIP UNS 2017, Fatiha benar-benar menulis dengan hati. Semoga banyak pemuda yang tersadar, termasuk Fatiha sendiri, untuk tidak malas lagi bergerak, karena bukankah air yang diam itu masalah bagi lingkungan dan kehidupan?

Indonesia dikenal dengan negara bereputasi angka tinggi padat penduduk. Laju pertumbuhan penduduk memang tak bisa dibendung mengingat angka kelahiran di Indonesia lebih banyak dibandingkan angka kematiannya. Heteregonisasi masyarakat Indonesia berpadu dengan ragam kekayaan sumber daya alam menimbulkan tak hanya dampak positif tetapi juga dampak negatif. Banyak masyarakat, banyak juga masalahnya. Dengan adanya Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penilitian, dan pengabdian masyarkat, pemerintah berusaha mencetak para mahasiswa untuk menjadi sumber jawaban atas masalah-masalah masyarakat. Maka, sudah semestinya bahwa para mahasiswa yang digadang-gadang sebagai agent of change mampu memecahkan solusi bagi masalah-masalah masyarakat sebagai bentuk pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi. 

Setelah proses real quick survey melalui interview kepada elemen masyarakat sekitar area kawasan koridor E Stadion Manahan, Solo pada Rabu(20/09) penulis menyimpulkan ada tiga bidang kesejahteraan yang dianggap masih menjadi PR bagi pemuda harapan bangsa. Pertama, hal tersebut adalah pendidikan. Pendidikan di Indonesia masih timpang atau belum bisa setara. Yang mampu mengeyam pendidikan adalah masyarakat ekonomi ke atas atau menengah. Bagi masyarakat ekonomi ke bawah, pendidikan masih dianggap hal yang prestige. Mereka yang mampu mengenyam pendidikan adalah yang memiliki tekad yang lebih besar untuk mau bersusah payah mencari beasiswa atau bala bantuan lain. Maka, tak heran jika salah satu narasumber kami, Sugeng Wiyono, menyayangkan banyaknya petani di Desa Klebak, Tawangmangu, Karanganyar yang belum paham bagaimana mengatur cara menghasilkan surplus akan hasil panennya. Hal ini jelas dikarenakan pendidikan yang masih minim dan sedikitnya sumber daya manusia yang mau mengedukasi. Selanjutnya, ia menyanyangkan para mahasiswa yang tak mau kembali ke desa untuk "bangun ndeso" atas ilmu yang telah ditempuh di kota-kota besar. Padahal, di desa maupun di kota membuka peluang yang sama dalam hal lapangan pekerjaan. Kota dan desa memiliki tugas dan peran masing-masing yang sama-sama menghasilkan dan menjamin kesejahteraan hidup manusia. Masalah urbanisasi pun akan berkurang jika pemuda mau berperan aktif menggerakkan desanya dan tidak gengsi untuk menjadi orang “ndeso” yang budiman. Sumber daya manusia yang berkualitas dan berpendidik akan semakin banyak bermunculan. Kota akan ikut sejahtera jika desa sudah sejahtera karena desa adalah titik semua hasil tanam, kerajinan, dan seni bermula. Baginya, kesejahteraan desa adalah upaya terbaik untuk mempertahankan persatuan NKRI. 


Kedua, pekerjaan rumah bagi pemerintah dan para pemuda Indonesia yang belum tuntas adalah masalah kesehatan. Juga berkaca dari keadaan di Desa Klebak, Tawangmangu, Karanganyar banyak warganya di era penuh digitalisasi ini, dimana semua informasi tersedia dan dengan mudah didapatkan, masih belum timbul kesadaran untuk buang air besar di tempat yang seharusnya. Warga desa masih buang air besar di sungai terbuka terutama bagi lingkungan yang dekat dengan aliran sungai. Kalaupun sudah memiliki tempat khusus untuk buang air besar, pembuatan saluran sanitasi (septic tank) belum diketahui oleh warga setempat. Hal ini harus menjadi perhatian pemuda karena tak bisa dipungkiri bahwa air adalah sumber kehidupan. Kurangnya kesadaran akan air bersih dan berkualitas akan menimbulkan masalah di masyarakat yaitu tidak terciptanya badan dan lingkungan yang sehat. Walupun pemerintah daerah Karanganyar sedikit demi sedikit mulai memperbaiki pola masyarakat yang demikian akan tetapi peran pemuda masih sangat diperlukan. Lagi-lagi, pemuda harus mau mengedukasi tak hanya kalangan atas tapi juga kalangan bawah untuk mewujudkan tingkat kesetaraan Indonesia yang lebih baik. Pemuda harus mau bergerak untuk mengadakan sosialisai, workshop, atau training mengenai pembuatan septic tank yang benar dan baik. Pemuda juga harus mau membangun kesadaran akan melimpahnya urgensi hidup sehat di masyarakat desa yang mayoritas masih close-minded dengan cara pendekatan personal maupun interpersonal. 


Selain itu, bidang kesejahteraan yang diinginkan masyarakat adalah bidang ekonomi. Kalau sudah berbicara kesejahteraan ekonomi, akan mengarah pada mind set “banyak uang yang berarti tuntas dari kemiskinan adalah gambaran sejahtera secara ekonomi.” Tak bisa dipungkiri bahwa kesejahteraan masyarakat pun juga bangsa dilihat dari pendapatan secara materiilnya. Sebenarnya, banyak faktor lain sebagai parameter kesejahteraan ekonomi suatu negara seperti tingkat pengangguran yang rendah, lapangan pekerjaan yang luas, produksi bahan yang melimpah, dan lain-lain. Bapak Kasta, seorang penjaja keliling lotis di depan pintu koridor E Stadion Manahan Solo, pun menganggap semakin susahnya dalam berwiraswasta. Ia juga mengeluhkan akan semakin mahalnya nilai ekonomi suatu barang. Maka, sebagai pemuda era millenial seperti ini sudah seharusnya berpikir secara kreatif dan efektif. Pemuda bisa memanfaatkan kebermanfaatan teknologi untuk mengembangkan start up. Start up membuka kemungkinan untuk membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas. Hal lain, start up mampu menciptakan sinergi yang baik antara creator dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Sehingga, UMKM akan tetap dilirik karena dipasarkan di dunia e-commerce yang sedang melejit. Gagasan para pemuda kreatif ini akan menciptkan kondisi ekonomi Indonesia yang lebih stabil karena sinergi harmonis yang tercipta.

Pada akhirnya, pemuda terbukti diharapkan untuk memiliki kontribusi besar untuk permasalahan masyarakat Indonesia. Kenapa harus pemuda? Pemuda diakui memiliki raga, jiwa, dan akal yang kuat serta semangat yang membara. Sudah saatnya, pemuda mewujudkan harapan akan julukan agent of change di kalangan masyarakat melalui keseriusan dalam menempuh pendidikan, penilitian yang bermanfaat, dan aksi nyata peduli lingkungan juga masyarakat. Ini semua bisa dimulai dari langkah kecil yaitu kesungguhan dalam mempelajari kajian ilmu yang dipilihnya atau menggali terus potensi, minat, dan bakatnya. Pemuda produktif berkarya adalah pemimpin ideal bangsa.


Nb : Mohon maaf jika ada kesalahan penyebutan nama. Hanya mengandalkan voice recorder dan tak mencatatnya melalui pena secara langsung ketika wawancara. 

Copyright to Fatiha Najma Yustisia

Comments