Sexual Harassment : Is A Girl or Boy Should be Judged?

Nb : Parent guidance is required. This issue is not appropriate to be read by kids under 16 year old.




Sexual harassment (usikan atau gangguan secara seksual) lagi booming banget akhir-akhir ini. Apalagi adanya isu feminism "Woman March" kala itu ditambah kasus terbarunya penyanyi dangut pop lagu hits Sayang, Via Valen. Sudah tidak mengherankan jika ini menjadi bahan obrolan sehari-hari. 

Sexual harassment bisa terjadi secara online maupun offline. Secara online, jelas lebih direct macam cat calling, ajakan "ga mengenakan", sexist jokes, dsb. Meanwhile, secara offline lebih ke kata-kata yang cenderung sexist macam offensive comment atau direct message yang ga jelas.

Kamu pernah mengalami salah satunya? Aku yakin pernah. Aku menulis hal ini karena shocked kemarin dapet kejadian ini. Tiba-tiba didatengin cowok stranger cuma mau bilang "Ganggu gak? Cuma mau kenalan aja kok." WAW. Auto shocked dan takut. For me, itu sangat mengganggu dan buat aku intropeksi diri. Apa aku sudah sejauh itu "menarik nafsu" lawan jenis? Padahal juga udah berjilbab syar'i, baju super longgar, dan aku tidak menggunakan make up sama sekali, jerawat dan bekasnya ada dimana-mana. Boro-boro mikirin keliatan cantik, dah. Apa yang menarik? Aku terlalu berlebihan dalam tertawa apa ya? 

Setahun yang lalu, masih polos dan tetap dengan idealisme ingin banyak chatting dengan orang luar negeri dengan tujuan agar bisa mempraktekkan Bahasa Inggris, malah dapet perlakuan yang ga menyenangkan. Ini salah satunya. Bagiku itu juga sangat mengganggu. Belum pernah ketemu secara langsung dan tiba-tiba jokes-nya seperti itu. Itulah yang sering disebut sexist jokes. Well, memang agaknya ini jadi bahan intropeksi diri bahwa di sosial media pun kita ga bisa dengan ENAKNYA UMBAR AURAT. Banyak orang yang pikirannya ga sehat. Takut ga sih? Langsung di block aja ya, guys.

This is sexist jokes. Langsung aku block saat itu juga. Nyeremin! 

Dan bagi siapa pun yang mungkin mengalami hal seperti yang disebut di atas dan merasa bahagia.... Aku turut sedih. Since sadly you get that sexual harassment attitude. Kelakuan kaya gini ga pantas lagi dipelihara apalagi memelihara rasa baper sebagai pihak perempuan karena merasa ada yang perhatian sama kamu. NOT AT ALL!

Tapi, sebenarnya yang salah siapa? Cowok atau cewek? I would say, BOTH. 

Personally I think, isu "jangan salahkan jilbabnya" di plaque "Woman March" itu ada benarnya. Balik ke persoalan yang aku super kaget mendapat perlakukan "ajakan kenalan" oleh stranger. Mau dicari sisi positifnya kalau itu sekadar prank atau apalah, bagiku tetap salah... objeknya tetep wanita. Lagi-lagi, kenapa? Ajakin aja sana cowok buat kenalan. Itu kalau bener mau memperluas network

Di lain sisi, aku juga pernah secara langsung melihat teman cowokku bersiul ketika melihat seorang senior perempuan yang maaf berbaju ketat hingga bagian dada sangat terlihat mencolok dan berbentuk. (Langsung aku jadikan status twitter karena hal ini sangat mengganggu, lagi-lagi aku menulis karena terganggu)









Ya itu, memang wanita dan laki-laki dicipta untuk SALING MENJAGA NAFSUNYA. Salah kalau kita bilang, "dih cowok semua sama, otaknya mesum." Cewek maupun cowok punya semua fitrah nafsu itu. Cewek dengan fitrahnya ingin terlihat indah, cantik, dan mendapat perhatian lawan jenis in the other hand cowok dengan nafsunya ingin mendapat pujian sana-sini karena bisa dapetin cewek cantik, punya mobil mewah, atau rumah mewah simply mentioned cowok mapan. 

Sudah seharusnya, semua manusia punya PENGENDALIAN NAFSU yang tinggi. Satu cara : Turn Back To Allah. Hijrah, brothers sisters. Gak melulu urusan dunia terus. Dunia gak abadi :")

“Katakanlah kepada kaum mu’minin: Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan menjaga kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” [an-Nur (24): 30]

“Katakanlah kepada para wanita yang beriman : Hendaklah mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasanya, kecuali yang biasa nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” [an-Nur (24); 31]


So by then, aku bukan mau menegaskan bahwa "jangan salahkan jilbabnya" itu benar. Not at all! Berjilbab apalagi yang syar'i adalah kenikmatan haqiqi yag selalu aku alami. Sering aku diperlakukan bagai putri oleh laki-laki yang paham esensi jilbab syar'i. Yet unfortunately, ada beberapa oknum yang belum mengaplikasikan ayat di atas. 

So, that's my point. I hope you get my point right. Isu feminisme dan patriaki sudah begitu indah diatur dalam islam. Islam begitu mulia menempatkan hambaNya : sederajat. Yang membedakan adalah derajat taqwa di hadapan Allah SWT. 

With love,
Fatiha NY. 

Comments

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Post a Comment