MUN Diary #4: Jangan Coba-Coba Ikut MUN Kalau Cuma Mau Ini!

MUN (Model United Nations) adalah sebuah forum edukatif berlatih menjadi diplomat dalam sidang simulasi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Acara ini diikuti oleh para pemuda seluruh dunia dari umur 18-35 tahun. Tidak hanya menjadi peserta, para pemuda juga berkesempatan menjadi pimipinan sidang atau panitia penyelenggara. 

dokumen pribadi

Aku tahu MUN pertama kali dari sebuah akun Instagram English influencer bernama Skinny Fabs. Ia mengungkapkan keuntungan mengikuti MUN yaitu salah satunya adalah peningkatan English public speaking skill. Awal tahun 2018 kala itu, aku sedang punya ambisi besar untuk meningkatkan English public speaking skill ditambah pula aku sedang mempunyai keinginan kuat untuk mampu pergi solo traveling. Termakanlah aku dengan “promosi” tersebut. 

MUN yang dipromosikan akun tersebut diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia dan bisa diikuti oleh pemuda di seluruh dunia. Sangat menjawab ambisiku kala itu. Mungkinkah ini cara yang dikirim Tuhan untuk diriku mewujudkan sebuah “visi”? 

Setelah membaca sedikit background acara yang akan menggunakan SDGs, aku semakin bersemangat untuk mendaftar. Tanpa pikir panjang, aku mengisi application form dengan pengetahuan umum seadanya yang aku miliki. Setelah mendaftar, baru aku mengetahui bahwa acara ini self-funded. Mampus kau Fatiha! Gimana kamu akan membayar biaya registrasi Rp 4.000.000 kala itu? Emang kamu punya uang? Di lain kesempatan, aku akan menceritakannya. 

Tapi sekarang aku akan membagikan alasan kenapa aku tidak menyarankan kamu mengikuti MUN. Jangan sekali-sekali coba ikut MUN kalau ..... 

1. Cuma pengen jalan-jalan ke luar negeri 

Aku lebih menyarankan jalan-jalan ke luar negeri dengan ber-solo traveling atau group traveling bersama teman-teman komunitasmu daripada harus ikut MUN. Pertama, MUN punya biaya registrasi yang tidak murah. Biaya registrasi MUN mahal karena beban panitia untuk membayar sewa hotel, sewa ballroom, dan biaya mendatangkan para panelis atau pembicara-pembicara skala internasional. Lebih baik kamu alokasikan danamu untuk menyusun rencana perjalanan bersama teman-teman yang pasti akan jauh lebih murah dan ku rasa lebih asyik. 

Kedua, kamu punya ruang gerak dan waktu yang terbatas. Kamu akan disibukkan dengan acara MUN. Susah sekali untuk jalan-jalan atau mencuri waktu luang untuk berbelanja misalnya dalam acara 4 hari 3 malam itu. Yang akhirnya banyak dilakukan oleh peserta MUN adalah mengalokasikan waktu jalan-jalan setelah MUN berakhir. Berarti itu akan membuat double alokasi biaya: MUN + jalan-jalan. Jika kamu merasa tidak cukup kantong untuk itu, aku sarankan tidak perlu mendaftar MUN. 

Ketiga, MUN itu juga ada di Indonesia. MUN dalam negeri diselenggarakan di berbagai universitas. Kampusku sendiri (UNS) sudah ada MUN Club. Jadi, jika benar kamu mencari wadah untuk peningkatan critical thinking, communication, negotiation, and public speaking skill maka coba mulai ikut klub di lingkungan terdekatmu terlebih dahulu. Jika dalam negeri tentu biaya registrasi MUN akan jauh lebih murah. Tetapi bagiku tetap saja mahal untuk sebuah acara 4 hari 3 malam hehe. Di Indonesia, MUN biasanya dibandrol sekitar 500-1.500K IDR tergantung fasilitas hotel penyelenggara. Pengeluaran akan bisa lebih sedikit jika kamu patungan dengan teman. 

2. Only for the gram: biar ikut nge-trend 

Hey! Ikut MUN belum tentu akan menaikkan followers, jumlah likes, atau views akun Instagram kamu. Tidak sama sekali! Kalau kamu ikut acara keren atau jalan-jalan only for the gram agar bertujuan dianggap keren oleh pengikut mayamu mending ga usah ikut MUN. Ada cara lain yang lebih ekonomis dan lebih mampu menarik pasar instagrammers. Terkadang aku tidak habis pikir dengan fenomena ini. Agaknya, millenials adalah generasi pertama yang harus berurusan dengan kata-kata “instagramable” 

Jadikan MUN sebatas cara/how bukan WHY/goal/tujuan akhir. 

Setelah aku pikir-pikir, MUN kemarin cukup jadi eksperimen atau pengalam saja. Itu berarti aku tidak akan menggeluti MUN lebih dalam lagi. Karena aku sudah menemukan WHY ku. Jika sudah bertemu WHY, aku mampu menyediakan banyak opsi cara yang bisa dilakukan untuk mewujudkan tujuanku.

Aku bisa mengembangkan public speaking dengan cara lain semisal speech, debating, podcasting, atau malah announcing. Banyak cara! Aku tidak berhenti mencari cara mengembangkan hal tersebut karena goal-ku bukan MUN. Tujuanku adalah pengembangan kemampuan berbicara di depan publik. 

Maka, ikutilah acara yang memang menjawab kebutuhan perkembanganmu. Saat itu aku memutuskan mengikuti MUN dan memperjuangkan dana untuk pergi MUN selain karena aku sedang di masa mengembangkan English public speaking skill juga karena aku dalam visi menjadi global citizenship. Maksudnya, aku ingin memperluas networking di tingkat dunia. Selain itu, aku ingin merasakan menyusun itinerary secara mandiri tanpa otoritas jasa travel guide. Hal ini karena aku ingin melatih sense of independence dalam diriku. 

WHY-DRIVEN

Knowing your reason, starting with why jauh lebih penting. Jangan mau ikut-ikut orang saja dan terbawa arus. Hidupmu ini, kamu sendiri jugalah yang memimpin. 

Note: semua saran di atas mungkin tidak berlaku bagi "Crazy Rich People" :D

Comments